Gambar Sampul Bahasa Indonesia · x_Bab 24 Kritik, Esai, dan Aliran
Bahasa Indonesia · x_Bab 24 Kritik, Esai, dan Aliran
Sunardi

24/08/2021 11:54:20

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Kritik, Esai, dan Aliran

289

Karya sastra Indonesia ada yang berwujud puisi, prosa, drama, dan

esai. Pelajaran ini selain memberikan latihan menyusun resensi,

menceritakan kembali isi sebagian hikayat, membandingkan hikayat dengan

novel, mengubah hikayat menjadi sebuah cerpen, juga menganalisis

perkembangan drama, kritik, esai, dan aliran dalam sastra Indonesia.

Pelajaran 24

Kritik, Esai, dan Aliran

Kemampuan Bersastra

Sumber:

blogger. com; sangkanparan.files.wordpress.com

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

290

A. Mendengarkan

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat membuat resensi tentang drama yang

ditonton.

Membuat Resensi Pertunjukan Drama

Pada pelajaran terdahulu tidak hanya tahu, tetapi juga telah berlatih menyusun resensi

pertunjukan drama. Masih ingat, bukan? Dalam resensi yang Anda buat terdapat pendahuluan,

isi, dan penutup. Dari ketiga bagian itu, isi resensilah yang paling panjang.

Uji Kompetensi 24.1

1. Carilah guntingan koran/majalah yang berisi resensi film! Bicarakan bersama teman-teman

Anda, apa saja yang dikemukakan dalam resensi tersebut!

2

. Susunlah resensi atas drama, sinetron, fragmen, atau sejenisnya yang ditayangkan melalui

layar kaca! Gunakan gunting resensi yang Anda peroleh sebagai model!

B. Berbicara

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menceritakan kembali sastra lama (hikayat)

dalam bahasa masa kini

Menceritakan Kembali Sastra Lama

Sesuai dengan namanya, sastra lama disampaikan dengan bahasa (Indonesia) lama.

Kosakata dan struktur kalimatnya terasa asing bagi kita. Namun, tidak berarti kita tidak dapat

memahaminya.

Uji Kompetensi 24.2

Ceritakanlah penggalan cerita lama berikut dengan bahasa sekarang!

Maka bangunlah Seri Rama daripada tempat peraduan bilik istana anjung perak, jemala

1

ganti beratap, berdinding kaca, berkemuncak

2

intan, bertatahkan ratna mutu manikam,

berumbai-umbaikan mutiara. Maka langsunglah ia masuk ke dalam istana langsung

masuk rong keluar,

Kritik, Esai, dan Aliran

291

ke balai besar balai melintang,

tujuh ruang tujuh pemanah,

selelah burung terbang,

seujana mata memandang,

selejang kuda berlari,

panjang balainya. Maka ia pun menuntung tabuh larangan, gong pelaung, canang

memanggil. Maka berhimpunlah tumenggung, laksamana, orang kaya besar, perdana

menteri, sekalian laskar, hulubalang rakyat tantera, kecil dan besar, tua dan muda,

laki-laki dan perempuan, berhimpun belaka semuanya datang menghadap kepada Raja

Seri Rama

yang beranak berdukung anak,

yang capik datang bertongkat,

yang buta datang berpimpin,

yang tuli bertanya-tanya,

yang kurap datang mengibar,

Penuh sesak balai kecil, balai besar, balai melintang, naik menghadap raja seri Rama.

Maka berdatang sembah tengku Tumenggung: “Ampun tuanku, beribu-ribu ampun,

sembah patik hamba pesaka zaman-berzaman, turun-temurun daripada zaman seri

paduka ayahanda lagi patik di bawah perintah tuanku; apalah sesak kesukaran tuanku?

Dari C. Hooykaas,

Penjedar sastra

––––––––––––––––––––––––––––––––––––

1

jemala kepala, tengkorak, Red

2

kemuncak berpuncak, Red

3

tungkal, tertimbun pasir, Red

4

pesuk, lubang, Red

C. Membaca

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat membandingkan penggalan hikayat

dengan penggalan cerpen.

Membandingkan naskah hikayat dengan cerpen

Pada pelajaran terdahulu Anda pernah membandingkan hikayat dengan penggalan novel.

Masih ingat bukan? Padanya terdapat persamaan tetapi juga perbedaan jika ditinjau dari

pengarang, bahasa, isi, dan unsur intrinsik (tokoh, perwatakan, alur, latar, gaya bahasa, tema,

dan lain-lain) yang terkandung di dalamnya!

Hikayat, novel, bahkan cerpen adalah cerita. Kata

hikayat

sendiri berarti

cerita

atau

kisah

. Seperti halnya novel, hikayat tidak akan selesai dibaca dalam sekali duduk.

Hikayat Si

Miskin, Hikayat Seri Rama, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Panji Semirang, Hikayat Bayan

Budiman,

dan

Hikayat Kalila dan Damina

atau

Hikayat Panja Tanderan

, misalnya, tidak dapat

dikatakan singkat.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

292

Hikayat Bayan Budiman

pernah kita baca. Hikayat itu termasuk cerita berbingkai

.

Di

dalamnya disisipkan cerita yang dikisahkan oleh salah seorang tokohnya. Cerita berbingkai

lainnya adalah

Hikayat Kalila dan Damina.

Setiap cerita sisipan di dalamnya mirip cerita

pendek.

Uji Kompetensi 24. 3

1. Berikut ini disajikan dua cerita sekaligus. Satu cerita sisipan dari

Hikayat Kalila dan Damina

dan kedua, penggalan cerpen masa kini. Keduanya memiliki kesamaan, tetapi juga

perbedaan. Bacalah keduanya untuk menemukan persamaan dan perbedaanya!

Dendang

1)

, Ular, dan

Serigala

“Hai handaiku, apa dayaku

senantiasa duduk di dalam per-

cintaanku. Apabila hamba

bertelur dan beranak, dimakan-

nya oleh ular yang dalam lubang

kayu ini. Tolonglah bicarakan

olehmu akan dia.”

Maka ujar serigala, “Hai

han-daiku, adalah kita ini orang

kecil tiada dapat berlawan

dengan orang besar, m

elain-

kan dengan hikma

t daya upaya

kita juga melawan dia.”

Maka ujar dendang itu,

“Hen-dak hamba perdayakan;

tatkala tidur hamba pagut mata-

nya supaya terpeliharalah anak

cucu hamba daripada bahaya-

nya, pada hari yang lain tiada

dapat dilihatnya lagi.”

Maka sahut serigala, “Hai

handaiku, terlalu lanjut angan-

anganmu itu, bukan bicara

orang yang budiman engkau

kerjakan itu. Tetapi adalah suatu

muslihat kepada hamba; jika

mau diri mengerjakan dia

niscaya hamba katakan bicara

Pembunuh Naga

Cerpen Indra Tranggono

Bukan kebetulan jika desa yang

ditinggali Warsi dan Warih disebut Desa

Naga. Nama itu tak ada hubungannya

dengan naga yang menghuni gua, seperti

dalam dongeng. Tidak sama sekali. Namun

warga desa itu sangat percaya bahwa ada

seekor naga besar yang tidur melingkar di

bawah bumi di desa mereka. Naga itu

sewaktu-waktu bangun, meng-geliat, dan

berjalan melata – tepatnya meluncur –

dalam kecepatan melebihi suara. Bumi pun

seperti tikar yang ditarik dan dihempaskan.

Kehadiran naga itu selalu diiringi suara

gemuruh rekahan dan patahan tanah.

Jeritan orang-orang adalah orkestrasi yang

menyusul menyertainya dan memuncak

pada tangisan panjang dan dalam.

Naga itu kadang menggoda orang-

orang dengan menciptakan suara meng-

gelegar dan bergema disertai guncangan

bumi yang tak begitu besar. Semula

orang-orang panik dan berlarian keluar

rumah. Tapi karena sudah biasa, mereka

hanya tersenyum dan menganggap naga itu

sedang mengajak bergurau atau sekadar

iseng menggoda. Pernah ada petugas dari

kabupaten yang menyarankan sebaiknya

mereka bedol desa transmigrasi dari desa

Kritik, Esai, dan Aliran

293

itu. Bahwa ular pun mati dan

handaiku pun selamat dapat

duduk beranak pada tempat itu.”

Maka ujar dendang, “Kata-

kanlah supaya hamba kerjakan.

Maka ujar serigala, “Hai

dendang, terbanglah tinggi-

tinggi, kau tuju mahligai raja.

Apabila engkau lihat suatu

benda perhiasan atau pakaian

terhantar di atas mahligai itu,

yang dapat kau bawa terbang,

maka ambil olehmu, terbang-

kan sekira-kira jangan lenyap

daripada mata orang, maka

gugurkan pada tempat lubang

ular itu, supaya datang orang

mengikut engkau.

Maka diturutlah oleh den-

dang seperti pengajar serigala

itu. Lalu ia terbang tinggi-tinggi

ke mahligai raja, maka dilihat-

nya ada suatu pakaian anak raja

itu, terhantar di atas peterana.

2)

Maka dipagutnya lalu dibawa-

nya terbang ke udara.

Sastrowardojo, M. Samoed dan S.

Zainudidin gl. Png. Batuah, Mertju IV

––––––––––––––––––

1

burung gagak, red.

2

tempat duduk orang-orang

terhormat, red.

itu. Namun gagasan itu ditolak. Mereka

berpikir, hamparan tanah di desa itu sangat

ramah terhadap setiap tanaman. Ribuan

mata air pun tak pernah lelah memasok air.

Selain mengolah sawah, mereka juga

membuka ladang dan kolam.

Setiap panen tiba, mereka selalu

mengadakan upacara sedekah bumi. Selain

bersyukur kepada Yang Maha Pencipta,

juga memberi makan untuk naga yang selalu

meringkuk di bawah bumi mereka. Agar

naga itu tidak marah dan meluluhlantakkan

permukiman.

Begitulan doa Warsi, juga yang lain.

Doa yang sudah berapa ratus ribu kali ia

ucapkan. Doa yang selalu menyertai

pertumbuhan anaknya, Warih, yang kini

menjadi jejaka. Waktu melaju begitu cepat,

pikir Warsi. Ia ingat ketika Warih masih bayi,

ia menanam pohon nangka di halaman

rumahnya. Pohon itu kini telah tumbuh tinggi

dan berbuah lebat. Warih pun, seperi yang

selalu ia ucapkan dalam doa, kini menjelma

pohon yang begitu kukuh. Warsi merasa

tidak pernah sia-sia menyirami dan

merabuki pohon itu.

”Bu, kalau sudah besar aku ingin

membunuh naga itu.

Kedaulatan Rakyat

, 9 Juli 2006

2. Penggalan hikayat dan cerpen di atas memiliki persamaan dan perbedaan. Jelaskan

persamaan dan perbedaannya ditinjau dari pengarang, bahasa, isi, dan unsur-unsur intrinsik

yang berada di dalamnya!

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

294

D. Menulis

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat mengarang cerpen berdasarkan realita

sosial.

Menulis Cerpen Berdasarkan realita sosial

Cerpen itu kisah, bukan informasi. Yang dikisahkan adalah peristiwa yang menyajikan

perbuatan, tokoh, latar, plot, dan sudut pandang. Dalam cerpen peristiwa satu dan peristiwa

lain disusun beruntun sehingga menampakkan hubungan sebab akibat dalam suatu alur.

Sikap dan karakter pelaku cerpen tidak harus sama dengan sikap dan karakter pengarangnya.

Unsur perbuatan, hukum sebab-akibat, karakter, waktu, makna, konflik (alam, antarmanusia,

dan batin) perlu mendapatkan perhatian.

Pembunuh Naga

tidak berorientasi pada cerita rakyat, tetapi pada kondisi sosial pada

masa kini. Ceritanya menyuguhkan persoalan sosial yang terjadi di dalam kehidupan

bermasyarakat.

Uji Kompetensi 24.4

Susunlah sebuah cerita pendek berdasarkan realita sosial! Walaupun begitu, cerita yang

Anda buat hendaknya tetap fiktif. Artinya, cerpen buatan Anda tidak dapat ditafsirkan sebagai

biografi seseorang. Tentang tema, alur, latar cerita, dan gaya, Anda bebas memilih!

E. Ada Apa dalam Sastra Kita

Tujuan Pembelajaran:

Anda diharapkan dapat menganalisis perkembangan genre sastra

Indonesia.

1. Menganalisis Perkembangan Drama

a. Perkembangan penulisan naskah drama

Drama yang mula-mula dikenal ditulis dalam bahasa Melayu rendah. Di antaranya

berjudul

Lelakon Raden Beij Soerio Retno

(1901) karangan F. Wiggers. Kisahnya diangkat

kejadian sensasional di lingkungan penulis.

Pada tahun 1920-an muncul drama bersajak dengan bahasa Melayu Tinggi (baca:

Indonesia) dengan judul

Bebasari

(1926) karangan Rustam Effendi dan

Ken Arok dan

Ken Dedes

(1934), serta

Kalau Dewi Tara Sudah Berkata

(1928) karangan Muh. Yamin.

Kritik, Esai, dan Aliran

295

Pada masa

Pujangga Baru

, penulisan naskah drama makin marak. Di antaranya

berjudul

Manusia Baru

(1940) karangan Sanusi Pane,

Jinak-Jinak Merpati

karya Armijn

Pane yang baru dibukukan pada 1953,

Pembalasannya

(1940) karya Saadah Alim,

Gadis Modern

(1941) karya Adlin Affandi.

Pada 1940-an drama, sandiwara, dan tonil marak lantaran dimanfaatkan Jepang

buat propaganda perang. Adalah grup drama Penggemar Maya pimpinan Usmai Ismail

aktif melakukan pementasan di berbagai kota. Beberapa drama yang ditulis pada periode

ini antara lain

Sedih dan Gembira

(Usmar Ismail),

Taufan di Atas Asia

(El Hakim),

Kejahatan Membalas Dendam

dan

Keluarga Surono

(Idrus), dan

Tuan Amin

(Amal

Hamzah).

Sejak 1950-an produktivitas penulisan drama cukup tinggi. Umumnya yang dibuat

berupa drama satu babak. Banyak penulis drama yang muncul. Di antaranya adalah

Arifin C Noer (Tengul; Kapai-kapai), B. Soelarto (

Abu; Domba-domba Revolusi

),

Kirjomulyo (

Penggali Intan; Penggali Kapur; Bulan di Atas Langit Merah

), Misbach

Yusa Biran (

Bung Besar

), Mohammad Diponegoro (

Iblis; Surat kepada Gubernur

),

Motinggo Busye (

Barabah: Nyonya dan Nyonya; Malam

Pengantin di Bukit Kera

),

N. Riantiarno (

Rumah Kertas; Maaf, Maaf, Maaf

), Nasyah Jamin (

Titik

-

Titik Hitam;

Sekelumit Nyanyian

Sunda

), Putu Wijaya (

Aduh; Dag Dig Dug; Anu; Gerr; Dor; Edan

),

WS Rendra (

Mastodon dan Burung Kondor, Sekda

), Ikranegara (

Topeng; Byur

).

b. Perkembangan grup atau teater

Sebelum Indonesia merdeka dikenal grup drama profesional (teater)

Komedie

Stamboel

pimpinan August Maheau,

Penggemar Maya

pimpinan Usmar Ismail. Sesudah

merdeka ada

Bengkel Teater

pimpinan W.S Rendra,

Teater Mandiri

Putu Wijaya,

Teater

Kecil

Arifin C. Noer,

Srimulat

(Teguh), dan lain-lain.

Pentas drama yang dilakukan oleh grup profesional umumnya dititikberatkan pada

hiburan. Sangat wajar jika dalam pentas ada nyanyian, tarian, dan bahkan lawakan.

Kecuali grup profesional, muncul grup amatir yang bersifat insidental di kalangan

sekolah, perguruan tinggi, institusi, organisasi, dan bahkan partai politik. Pentas yang

dilakukan umumnya didasarkan pada kaidah teater modern. Kaum terpelajar adalah

pendukung utamanya.

c. Perkembangan alur, latar, tokoh, tema, dan penyelesaian

Sampai kini alur drama modern masih didominasi alur konvensional. Di dalamnya

disajikan rangkaian peristiwa dalam hubungan sebab akibat. Hanya saja ada beberapa

yang menggunakan teknik khas. Dalam

Mahkamah

, misalnya, alur ditampilkan melalui

pengalaman pribadi tokoh utamanya (Saiful Bahri). Dalam

Dor

ditampilkan perristiwa

ke penjabaran ide ketidakpedulian masyarakat terhadap hukum.

Latar drama menyangkut tempat, waktu, dan latar sosial.

Kertajaya, Sandyakala

ning Majapahit,

dan

Ken Arok dan Ken Dedes,

misalnya mengambil latar waktu jauh

sebelum Indonesia dijajah dalam latar sosial masyarakat menengah ke atas. Lain halnya

dengan drama sesudah proklamasi.

Aduh, Bom,

dan

Mahkamah

yang mengambil latar

sosial masyarakat menengah ke bawah.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

296

Tokoh, protagonis maupun antagonis, umumnya menduduki posisi sentral, yang

berstatus sebagai pemimpin. Dalam

Perguruan,

misalnya, guru adalah sosok pemimpin

pesantren dan dalam

Mahkamah

, Syaiful Bachri adalah komandan militer.

Hubungan antartokoh umumnya memperlihatkan (1) hubungan manusia dengan

manusia (

Citra

), (2) manusia dengan masyarakat (

Aduh

); (3) manusia dengan alam

(

Dalam Bayangan Tuhan

): dan (4) manusia dengan dirinya sendiri (

Mahkamah

).

Tema yang diusung pun berkembang dari waktu ke waktu. Ada yang bertemakan

sejarah (

Kertajaya

), kebangsaan (

Bebasari

), politik (

Taufan di Atas Asia

), sosial (

Maling

),

moral (

Titik-titik Hitam

), agama (

Masyitoh

), dan lain-lain.

Penyelesaian cerita dapat dipilah menjadi beberapa kemungkinan. Di antaranya

adalah (1) masalahnya selesai (

Arloji

dan

Mahkamah

); (2) masalahnya bertambah tajam

(

Perguruan

); dan (3) masalahnya menimbulkan perubahan nasib (

Dor

).

2. Mengenal Kritik

Kritik, khususnya kritik sastra, merupakan studi yang berurusan dengan pekerjaan

merumuskan, menggolong-golongkan, menganalisis, dan menilai baik-buruknya karya

sastra. Secara teoritik, kritik sastra memiliki berbagai manfaat, seperti (1) memberikan

penilaian atas karya sastra berdasarkan teori dan sejarahnya, (2) memberikan sumbangan

bagi pengembangan teori sastra, (3) memberikan sumbangan bagi penulisan sejarah sastra,

(4) memberikan petunjuk kepada pembaca mengenai baik-buruknya, bermutu-tidaknya,

dan asli-tidaknya sebuah karya sastra, (5) memberikan masukan kepada pengarang agar

meningkatkan mutu karangan berikutnya.

3. Mengenal Esai

Esai merupakan tulisan, karangan, analisis, atau penafsiran mengenai sastra, seni,

budaya, ilmu pengetahuan, filsafat, dan lain-lain. Sebagai salah satu genre karangan, esai

dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, namun baru populer sejak H. B. Jassin

menerbitkan

Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kriktik dan Esai

berjilid-jilid. Kini

esai banyak ditemukan dalam koran, majalah, buku kumpulan esai, pidato, dan surat-

surat. Berikut contoh esai Soetjipta Wirjasardjono mengenai birokrasi.

Mas Pri punya cara yang unik untuk mendeskripsikan birokasi menurut pandangan

awam. Kalau bisa sulit, kenapa dibikin mudah. Kalau bisa lama, kenapa dibikin

cepat. Kalau bisa mahal, kenapa dibikin murah. Kalau bisa teman, anak atau kerabat,

kenapa orang lain. Itulah birokrasi yang mengejawantah pada penglihatan orang

kebanyakan. Contohnya? Kalau rakyat bisa dengan mudah dipaksa membayar seribu

sampai lima ribu untuk mengurus kartu penduduk, kenapa tarifnya mesti lima ratus.

Kalau untuk mengurus sertifikat tanah, rakyat yang sudah bisa menunggu dua tahun,

kenapa dibikin satu bulan. Kalau orang kebanyakan sudah terbangun kesabarannya

untuk berurusan dengan sekian meja, sekian tanda tangan dengan masing-masing

tarif amplopnya, kenapa mesti dibikin mudah tanpa pakai amplop pula.

Taufiq Ismail, dkk. (ed.),

2004, Horisan Esai Indonesia Kitab 1

Kritik, Esai, dan Aliran

297

4. Mengenal Aliran dalam Sastra

Karya sastra umumnya menampakkan aliran yang dianut pengarang dalam

mengekspresikan karyanya. Aliran tampak dari

cara

pengarang melahirkan karangannya.

Ada pengarang yang melukiskan kampung halamannya secara objektif, apa adanya,

realis

, tidak kurang, dan tidak lebih. Itu mengindikasikan bahwa ia menganut aliran

realisme

.

Ketika Bulan Lahir

Oleh M. Poppy Donggo Hutagalung

ketika bulan lahir ketika langitnya terang

bersijajar bapa dan aku di depan rumah

kubertanya apakah bapa punya dongeng indah

dan bapa di sisiku menjawab riah

ketika bulan lahir ketika langitnya terang

bersicengkerema kami memintal kasih di bawahnya

usia yang meningkat diayunnya aku di sinarnya lembut

bapa terlewat tanganmu membelaiku teramat lembut

dan dulu ketika bulan lahir ketika langitnya terang

bapa suka bercerita

di bulan ada nenek

di bulan ada gunung

bapa ya bapa kukenang mesra ceritamu

kenapa tak lama kecilku kaudukung aku di punggungmu

kini bertahun sudah merindu aku di bulan lahir

di bulan lahir bapa kutunggu tak kunjung hadir

Dari Sayuti,

Berkenalan dengan Puisi

Puisi tersebut tidak mengungkapkan realita, tetapi kenangan penyair ketika bersama

bapa, tanpa bersama bapa, dan rasa rindu pada bapanya. Semua diungkapkan secara

subjektif. Kata-kata indah yang dirangkai membawa pembaca terpesona. Karangan serupa

itu menunjukkan bahwa penyairnya beraliran

ekspresionisme

.

Aliran

realisme

dan

ekspresionisme,

jarang dianut dalam keadaan murni. Hal itu wajar

mengingat realita dan ekspresi hampir tidak dapat dipisahkan. Ada pula aliran

impresionisme

dan

naturalisme, romantisme

dan

simbolisme, mistisme

dan

idealisme

. Penganut

impresionisme

suka mengungkapkan secara selintas mengenai kesan-kesannya atas suatu

objek;

naturalisme

mengungkapkan sisi-sisi buruk, jorok, dan cabul;

romantisme

mengutamakan perasaan dengan kata-kata indah dan berbunga-bunga agar pembaca terbuai;

simbolisme

melukiskan kehidupan dengan simbol tertentu. Kecuali aliran-aliran tersebut,

ada aliran

mistisme

dan

idealisme

. Penganut mistisme mengaitkan dirinya dengan Tuhan,

sedangkan

idealisme

selalu mengungkapkan cita-citanya.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

298

Uji Kompetensi 24.5

1. Mengapa pertunjukan drama pada masa pendudukan Jepang berkembang pesat?

2.

Drama, resensi, atau esaikah penggalan berikut?

a. Tulisan Pertama

BAGIAN PERTAMA

DI HALAMAN BALIRUNG SARI BERDIRI SURI MAHARAJO DIRAJO, INDOJATI,

MAMBANG TALENA BESERTA KAMBANG, TUMANGGUNG BESERTA BEBERAPA

PENGHULU, DATUK DAN LELAKI, DUBALANG SERTA WANITA-WANITA LAINNYA

BERSUSUN MENURUT URUTAN TATACARA.

MUSIK MENGGEMURUH PERTANDA TELAH BERANGKATNYA ROMBONGAN

KERAJAAN SWARNABHUMI. SEMUA MEMANDANG PENUH KEBANGGAN DAN

MELAMBAI-LAMBAIKAN TANGAN.

PARA DUBALANG YANG TIDAK DAPAT MENAHAN LUAPAN EMOSI DENGAN

PENUH KEGEMBIRAAN MENGACUNGKAN TANGAN KE UDARA DAN BERTERIAK

KERAS SEKALI.

DUBALANG

Layari lautan sejarah, duta Darmasyraya!

Kini giliran kita meyakinkan dunia!

DUBALANG

Tulis dalam semua aksara!

Canangkan kembali kebangkitan kita!

MUSIK SEMAKIN MERIAH DAN SEMUANYA BERGEMBIRA, SURI MARAJO MAJU

KE DEPAN DAN MEMANDANG PENUH KEBANGGAN.

Dari Wisran Hadi,

Empat Sandiwara Orang Melayu

b. Tulisan Kedua

Menginjak usia 30 tahun, Teater Koma kembali menyapa penggemarnya melalui

lakon terbaru

Kunjungan Cinta

. Pentas mereka menyuguhkan kematangan

penyutradaraan, cerita, akting, dan penggarapan panggung. Dagelan dan sentilan segar

dikurangi, tetapi tetap menghidupkan cerita sekaligus merespons situasi sosial politik.

Begitu masuk Graha Bakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, tempat

pertunjukan itu berlangsung, penonton langsung digugah oleh tatanan panggung bergaya

realis yang megah. Satu rumah mewah berlantai dua berdiri di kiri panggung, satu toko

kelontong—yang juga berlantai dua—di sisi kanan. Di bagian tengah belakang terdapat

bangunan stasiun kereta api era 1950-an. (

Kompas

, 14 Januari 2007).

Kritik, Esai, dan Aliran

299

○○○○○○○○○

3. Tentukan aliran yang dianut pengarang berdasarkan karangan berikut!

a. Dia kembali duduk di kursi sampingku. Kami berdua diam. Masing-masing diselubungi

pikiran-pikiraan yang tak pasti. Ia meraba tanganku yang terletak di atas kursi. Kami

tidak berpandangan. Tapi kedekatannya amat merasuk dan menggelisahkanku. Tangan

laki-laki yang menyentuhku telah menghanyutkan aku ke dunia lain (Dini,

Hati yang

Damai

).

b. Di Bawah Kaki Kebesaran-Mu

Oleh A. Kartahadimadja

Aku lenyap dalam tiada

Hanya engkau jua yang memenuhi ruangan berufuk

gerakan yang ada padaku

Suara yang keluar dari rahangku

Hanya mengenangkan kebesaran-Mu jua

Ya, Maha Pencipta

Dari Jasin,

Gema Tanah Air

Rangkuman

1. Resensi pertunjukan drama merupakan pertimbangan mengenai baik tidaknya

pertunjukan. Tidak hanya segi seni sastranya yang dipertimbangkan, tetapi juga

seni pertunjukannya. Pertimbangan itu biasanya dipaparkan ke dalam tiga bagian,

yaitu pendahuluan, isi, dan penutup.

2. Sastra lama disajikan dengan bahasa lama. Sebagian besar kata-katanya masih

kita kenal. Tetapi, struktur dan jalan ceritanya tidak mudah kita ikuti. Oleh karena

itu, menceritakan kembali sastra lama berarti membahasakan sastra lama dalam

bahasa sekarang.

3. Hikayat di satu sisi dan cerpen-novel di sisi lain memiliki persamaan dan perbedaan

ditinjau dari pengarang, bahasa, isi, dan unsur intrinsik (tokoh, perwatakan, alur,

latar, gaya bahasa, tema, dan lain-lain) yang terkandung di dalamnya.

4. Menulis cerpen berdasarkan realita sosial tidak sulit dilakukan. Masalahnya, banyak

peristiwa di lingkungan kita yang pantas kita ceritakan. Siapa pun dapat

mengangkatnya menjadi cerpen.

5. Drama mengalami perkembangan pesat, baik produktivitas maupun kualitasnya.

Tema, permasalahan, alur, seting cerita makin bervariasi. Ada yang bertema sejarah

(

Kertajaya

), kebangsaan (

Bebasari

), politik (

Taufan di Atas Asia

), sosial (

Maling

),

moral (

Titik-titik Hitam

), dan ada yang bertemakan agama (

Masyitoh

). Tokoh yang

dikisahkan pun makin variatif. Namun, tokoh protagonis dan antagonis masih

menduduki posisi sentral. Penyelesaian cerita bervariasi, ada yang (1) masalahnya

selesai (Arloji dan mahkamah); (2) masalahnya bertambah tajam (Perguruan); dan

(3) masalahnya menimbulkan perubahan nasib (Dor).

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

300

○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○

6. Kritik sastra merupakan studi untuk merumuskan, menggolong-golongkan,

menganalisis, dan menilai baik-buruknya karya sastra.

7. Sebagai salah satu genre karangan, esai merupakan tulisan, karangan, analisis,

atau penafsiran mengenai sastra, seni, budaya, ilmu pengetahuan, filsafat, dan

lain-lain. Kini esai banyak ditemukan dalam koran, majalah, buku kumpulan esai,

pidato, dan surat-surat.

8. Karya sastra umumnya menampakkan aliran yang dianut pengarang. Ada pengarang

yang menganut aliran

realisme

dan ada yang

ekspresionisme.

Ada pula aliran

impresionisme

dan

naturalisme, romantisme,

simbolisme, mistisme,

dan

idealisme

.

Penganut

impresionisme

suka mengungkapkan secara selintas kesan-kesannya

atas suatu objek;

naturalisme

mengungkapkan sisi-sisi buruk, jorok, dan cabul;

romantisme

mengutamakan perasaan dengan kata-kata indah dan berbunga-bunga

agar pembaca terbuai;

simbolisme

melukiskan kehidupan dengan simbol tertentu.

Kecuali itu, ada aliran

mistisme

dan

idealisme

. Penganut mistisme mengaitkan

dirinya dengan Tuhan, sedangkan

idealisme

mengungkapkan cita-citanya.

Evaluasi

1. Resensi naskah drama, resensi pertunjukan drama, atau resensi novelkah penggalan

berikut?

a. Kekuatan

PPT

(

Para Pencari Tuhan

, Red.) terletak pada kesederhanaannya. Berbeda

dari sinetron populer lain yang mengangkat kehidupan keluarga kaya di kota besar,

kisah melodramatis, atau mistis,

PPT

mengangkat dinamika kehidupan sehari-hari di

pinggir kota. Pusat cerita adalah mushala At-Taufik yang diurus Bang Jack (Deddy

Mizwar), mantan tukang jagal. Suatu hari, ia didatangi tiga mantan narapidana yang

bertobat, Barong (Aden), Juki (Isa), dan Chelsea (Melky). Berbekal ilmu agama yang

pas-pasan, Bang Jack membimbing mereka dengan bantuan Aya (Zaskia Adia Mecca)

dan adik ipar Ustad Ferry (Akrie Patrio). Berbagai kisah kehidupan berputar di sekitar

mushala ini (

Kompas

, 30 September 2007).

b. Dunia novel makin ramai. Kita bisa mencatat Dewi Lestari dengan

Supernova

nya, Ayu

Utami dengan

Saman

nya. Fenomena ini tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh

dunia. Buku

Harry Potter

contohnya. Kemunculannya begitu menyihir dunia. Tak ayal

kini novel remaja

Belle Prater’s Boy

tulisan Ruth White menyusul

.

Versi Indonesia

dengan judul

Rahasia Embusan

Angin (REA)

. Meski belum sedahsyat

Harry Potter

,

REA

patut digolongkan sebagai “an Xciting novel 4 U”. (Dari Penerbit Mizan).

2. Ceritakan kembali hikayat berikut ke dalam cerita pendek dengan bahasa masa kini!

Alkisah maka tersebutlah perkataan Dewi Pertiwi beranak seorang laki-laki, terlalu amat

jahatnya budak itu. Syahdan setinggi tujuh hasta dan lebar dadanya tiga hasta dan segala

uri-uri dan tembuninya menjadi raksasa belaka. Setelah Dewi Pertiwi melihat rupa anaknya,

maka segeralah dibuangkannya semuanya dengan uri-uri tembuninya dan darahnya sekalian

ke laut.

Kritik, Esai, dan Aliran

301

Syahdan setelah dilihat oleh Batara Berahma, maka segera diambilnya dan dilihatnya.

Setelah dilihatnya, maka diketahuinya, yaitu anak dewa Batara Mahawisnu, maka lalu

dimandikannya dan dipeliharakannya budak itu. Maka barang siapa melihat budak itu,

adalah rupanya seperti anak-anak yang berumur delapan tahun besarnya, maka dinamainya

oleh Batara Berahma akan budak itu Maharaja Bomantara dan segala uri-uri tembuninya

dan darahnya itu semuanya menjadi raksasa, sekaliannya menjadi menteri, seorang dinamai

Patih Tomara dan seorang dinamai Patih Jarasanda dan seorang dinamai Patih saka,

seorang patih Sopara dan yang kelima dinamai Patih Wira Angkasa, yang keenam Sang

Pralemba. (‘Hikayat Sang Boma’ dalam Sanusi Pane,

Bunga Rampai dari Hikayat Lama

).

3. Penggalan cerita manakah yang ditulis berdasarkan realita sosial?

a. Di akhirat Tuhan Allah memeriksa orang-orang yang sudah pulang. Para malaikat

bertugas di samping-Nya. Di tangan mereka tergenggam daftar dosa dan pahala manusia.

Begitu banyaknya orang yang diperiksa. Maklumlah di mana-mana ada perang. Dan di

antara orang-orang yang diperiksa itu ada seorang yang di dunia dinamai Haji Saleh.

Haji Saleh itu tersenyum-senyum, karena ia sudah begitu yakin akan dimasukkan ke

surga. Kedua tangannya ditopangkannya di pinggang sambil membusungkan dada

dan menekurkan kepala ke kuduk. Ketika orang-orang dilihatnya masuk neraka, bibirnya

menyunggingkan senyum ejekan. Dan ketika ia melihat orang yang masuk surga ia

melambaikan tangannya, seolah hendak mengatakan ‘selamat ketemu nanti’ (A. A.

Navis,

Robohnya Surau Kami

).

b. Perabumulih masih kota minyak di tengah Sumatra Selatan yang sunyi masa itu. Cuma

ada satu bioskop sehingga orang-orang biasa membawa anak-anak bertamasya ke rig

di luar kota mlihat mesin penimba minyak mengangguk-angguk seperti dinosaurus.

Hiburan menegangkan lain adalah lutung atau siamang yang mendadak turun dari

pepohonan. Bank di sana belum panjang usianya. Ayahnya menjadi kepala cabang.

Mereka menempati lantai atas sebuah rumah di kota itu. Lantai bawahnya berfungsi

sebagai kantor. Selain beberapa karyawan yang dating pada jam kerja, ada seorang

bujang di rumah itu. Somar, begitu ayah Wis memanggil pemuda itu (Ayu Utami,

Saman

).

4. Dalam hal apakah hikayat dan novel memiliki perbedaan dan persamaan? Sebutkan masing-

masing dua saja!

5. Sebutkan dua drama yang terbit setelah Indonesia merdeka! Sebutkan pula nama

pengarangnya masing-masing!

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

302

Refleksi

Tanyakan kepada guru Anda masing-masing, berapa skor yang Anda peroleh dari

jawaban Anda atas soal evaluasi di atas! Cocokkan dengan tabel berikut untuk

mengetahui tingkat keberhasilan Anda dalam mempelajari materi pada pelajaran ini.

Tabel Penguasaan Materi

Skor

Tingkat Penguasaan Materi

85 – 100

Baik sekali

70 – 84

Baik

60 – 69

Cukup

< 60

Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai skor 70 ke atas, Anda tergolong siswa

yang berhasil. Akan tetapi, kalau skor yang Anda peroleh di bawah 70, Anda harus

mengulangi pelajaran ini, terutama bagian materi yang belum Anda kuasai.

Pelatihan Ujian Akhir Semester 2

303

Pelatihan Ujian Akhir Semester 2

A. Berilah tanda silang (x) huruf a, b, c, d, atau e di depan jawaban yang benar!

1. Fokus pementasan drama terletak pada ....

a. produser dan sponsornya

b. penulis lakon dan lakonnya

c. lakon dan pertunjukannya

d. unsur seni sastra dan seni musik

e. sutradara, pemain, dan kru pertunjukan

2. Setiap pementasan drama selalu melibatkan pihak-pihak berikut,

kecuali

....

a. sponsor

d. petugas

b. sutradara

e. penonton

c. pemain

3. Tugas tanggung jawab sutradara dititikberatkan pada ...

a. mutu permainan

b. upaya menghidupkan peran

c. penyediaan fasilitas pemanggungan

d. pengadaan keamanan, tiket, dan penerimaan penonton

e. pekerjaan administratif, seperti biaya, perizinan, dan publikasi

4. Salah satu wujud penilaian atas pertunjukan drama adalah ....

a. Malang benar nasib Pak Sukibat. Ibarat peribahasa sudah jatuh tertimpa tangga.

Awal tahun ini satu-satunya rumah tinggalnya ludes dilalap si jago merah.

b. Para Pelaku: (L) Lurah, (J) Jagabaya, C (Carik), W (Wongsokariyo)

Pentas menggambarkan sebuah pendopo kalurahan. Malam hari itu Lurah sedang

berbincang-bincang dengan Jagabaya dan Carik.

c. Begitu teriakku lepas kontrol. Hadirin bertepuk tangan. Gemuruh. Mereka seperti

mendengar suara Bung Karno kembali. Jiwa mereka hidup kembali. Siap melakukan

perlawanan terhadap segala ketidakadilan dan kemunafikan.

d. Teater Koma

masih menerapkan pakem lama untuk lakon

Kunjungan Cinta

. Kisah

yang mengetengahkan tarik-menarik antara cinta, dendam, moralitas, dan hasrat

ekonomi disampaikan dengan alur yang sederhana, rapi, gampang dicerna, dan

asyik ditonton.

e. Biasanya orang yang bertengkar tak dapat tidak akan melepaskan sekuat suaranya

dan berkata berebut-rebut dengan tiada mempedulikan koma titik. Dalam cerita ini

suatu pertengkaran yang disudahi dengan perkelahian hebat, telah berlaku dengan

berbisik saja.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

304

5. Salah satu penggalan resensi pertunjukan drama adalah ....

a. Agaknya nasiblah bagi bangsa Indonesia menjadi bangsa beringas, suka mengamuk

dan suka mengeroyok. Dalam sejarah politik, Belanda menamakannya

amouk partij

.

b. Buku ini merupakan kumpulan 67 kisah pendek yang mengungkap refleksi kehidupan

sosial politik Indonesia, tentang penyadaran makna nilai-nilai keutamaan budi,

kearifan, dan kebajikan dalam lingkaran kekuasaan yang banyak menyimpan konflik.

c. Dunia novel makin ramai. Kita bisa mencatat Dewi Lestari dengan

Supernova

nya,

Ayu Utami dengan

Saman

nya. Fenomena ini tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di

seluruh dunia. Buku Harry Potter contohnya. Kemunculannya begitu menyihir dunia.

d. Di akhir pertunjukan

Sidang Susila

, sebuah kloset yang ditandu oleh empat orang

punggawa dalam kostum tradisi keraton, dihadirkan di ruang pengadilan. Diiringi

tembang yang biasa dilantunkan dalam upacara keraton, empat punggawa itu lalu

menyembah kloset itu lalu undur diri dengan berjalan jongkok.

e. Sebagai seorang pengarang muda, terkenal, dan produktif, Gola Gong berhasil

mengarang banyak novel. Gola Gong, atau lebih sering disebut Gege, sangat suka

berpetualang dan mencari pengalaman-pengalaman baru. Maklumlah ia masih

muda. Dalam kemudaannya ini, Gola mewarnai novel-novelnya dengan petualangan

dan keindahan alam.

6.

Kekuatan sinekuis

Para Pencari Tuhan

(PPT) terletak pada kesederhanaannya.

Berbeda dari sinetron-sinetron populer lain yang terbiasa mengangkat kehidupan

keluarga kaya kota besar, berisi kisah melodramatis atau mistik yang tidak realistik,

PPT justru mengangkat dinamika kehidupan keseharian rakyat jelata di pinggir kota.

Menurut penggalan resensi di atas kelebihan sinekuis

Para Pencari Tuhan

(PPT)

adalah ....

a. ceritanya sederhana

b. kisah PPT bersifat mistis

c. PPT berisi kisah melodramatis

d. jalan ceritanya yang memukau penonton

e. rating dan share-nya mencapai 40,1 persen

7.

Agar dapat memerankan tokoh drama, seorang aktor atau aktris harus melakukan

latihan laku dramatik melalui latihan ....

a. meningkatkan kepekaan

d. melakukan dramatisasi

b. memanipulasi tingkah laku

e. membayangkan improvisasi

c. menghidupkan dialog

8.

Berikut ini adalah tugas-tugas sutradara,

kecuali

....

a. memilih pemain dan kru pementasan

b. menyusun rencana dan melatih pemain

c. menentukan naskah dan menafsirkannya

d. merencanakan dekorasi dan memilih musik

e. menyusun naskah yang akan dipanggungkan

Pelatihan Ujian Akhir Semester 2

305

9. Perhatikan penggalan drama Dag Dig Dug karya Putu Wijaya berikut!

Selang lama kedua orang tua itu bertambah tua dan penyakitan. Tapi mereka berhasil

mengumpulkan uang persiapan penguburan mereka. Pada suatu hari mereka menunggu

tukang yang mereka pesan untiuk mengerjkakan sesuatu apabila mereka meninggal.

Segala sesuatu seperti babak pertama. Hanya kini sepeda tidak pernah lagi dipergunakan,

digantung di tengah ruang, di atas mereka.

Sesudah minum

Istri

: Jadi begitu?.

Suami : Itu kan?.

Istri

: Habis.

Suami : Kau lupa, semua sudah. Tapi? Kalau nilai uang merosot? Kalau Chairul

Umam yang lain yang mati? Kalau, ya ... kalau ini misalnya, mudah-

mudahan jangan. Kalau ada pencurian?

Istri

: Kebanyakan timbangan

Suami : Kenyataan

Istri

: Kenyataan apa, nyatanya ini, kita sudah berhasil lagi. Kita selalu. Seperti

tidak tahu bagaimana susahnya mengumpulkan ini..

Suami : Bukan begitu.

Pernyataan yang sesuai dengan penggalan drama di atas adalah ....

a. drama tersebut terjadi dari satu adegan

b. konflik suami isteri terfokus pada masalah siapa yang meinggal lebih dahulu

c. dialog terjadi di sebuah ruang rumah mereka

d. pembaca akan mengalami kesulitan mengetahui latar ceritanya

e. tidak terdapat pelaku protagonis

10. Beberapa latihan berikut harus diikuti pemain drama,

kecuali

....

a. membaca dialog dan blocking

b. melakukan adegan yang sukar atau khas

c. dengan menggunakan perlengkapan

d. mengatur pentas, cahaya, dan dekorasi

e. gladi kotor dan gladi resik

11. Berikut yang

tidak dapat

digunakan sebagai alasan memilih pemain drama modern

adalah ....

a. kemiripan dengan peran yang akan dibawakannya

b. kepiawaian dalam mengorganisasikan pementasan drama

c. kemampuan untuk memerankan tokoh yang dibawakannya

d. kesamaan bentuk fisik pemain dengan tokoh yang dibawakannya

e. kemiripan watak pemain dengan watak tokoh yang dibawakannya

12. Gerak pemain drama di panggung yang memberikan kesan paling kuat adalah ....

a. duduk-duduk santai di lantai

b. berdiri dengan memutar tubuh

c. berdiri di pentas bagian belakang

d. duduk di kursi menghadap penonton

e. bergerak membelakangi penonton

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

306

13. Perhatikan penggalan naskah drama berikut!

Feri

: Pukul berapa kamu akan mengantar adikmu ke tempat les?

Rima : Pukul 3 sore. Jadi, aku nanti datang belajar bersama di rumahmu agak

terlambat.

Feri

: Tidak apa-apa. Ayo,kita makan dulu! Jam istirahat sudah hampir habis.

Latar tempat lakon di atas adalah ....

a. kantin sekolah

d. tempat les

b. ruang makan

e. ruang sekolah

c. halaman rumah

14. Perhatikan penggalan drama berikut!

NAKHODA Kawan, anjurkan para kelasi kerja keras! Kalau tidak, kita terdampar.

Cepat! Cepat!

(Keluar)(Masuk kelasi-kelasi)

MUALIM Hai kawan-kawan, tabah, tabahlah kalian. Cepat! Cepat! Turunkan layar atas.

Perhatikan suling nakhoda. Hai, angin, tiuplah sampai pecah, asal kita di laut lepas.

(Masuk Alonso, Sebastian, Antonio, Ferdinant, Gonzalo, dan lain-lain).

Kalimat yang ditulis dengan huruf miring pada naskah di atas digunakan sebagai

petujuk untuk keperluan ....

a. dialog

d. improvisasi

b. akting

e. perwatakan

c. blocking

15. Perhatikan penggalan drama Domba-Domba Revolusi karya B. Sularto berikut!

Pedagang dan Petualang tertawa. Datanglah Politikus dari dalam. Wajah dan kepalan

tangannya menandakan badai amarah.

Politikus

:

Maan opsir itu?.

Pedagang :

Siapa, Pak?

Politikus

:

Opsir yang dulu mengantarkan aku kemari. Aku akan perintahkan ia

untuk menutup losmen ini.

Petualang :

Tapi, Pak, bukankah losmen ini sudah ditutup untuk umum?

Politikus

:

Maksudku, losmen ini kuperintahkan untuk disita guna kepentingan

perjuangan. Biar dipakai asrama.

Apa yang dikemukakan politikus dalam dialog di atas?

a. program perjuangannya

b. kesalahan lawan politiknya

c. niatnya untuk membeli losmen

d. keberhasilannya menguasai losmen

e. niatnya untuk mengubah status losmen

Pelatihan Ujian Akhir Semester 2

307

16. Dialog yang

tidak melukiskan interaksi intensif

antarpelaku cerita terdapat pada ....

a. Ali

: Dari kamu?

Badu

: Rumah Siti.

b. Suami

: Dia bukan makelar.

Isteri

: Saya tidak peduli dia makelar atau bukan.

c. Aminah

: Rum

ahmu bagus.

Siti

: Tapi, bapak pergi.

d. Pemimpin

: Pelan-pelan, sama-sama kita angkat, mari.

Salah Seorang : Mari,

mari satukan tekad, satu ..., dua ....

e. Malin

: (

muncul dengan pakaian serba mewah, dengan perilaku yang

angkuh

) Akulah orang yang kaya bahkan mungkin terkaya di

Indonesia. Kekayanku ada di mana-mana. Apa yang aku inginkan

pasti kesampaian. Aku datang kemari hanya ingin menanamkan

modal di sini Ha ha ha ha ...

Penonton

: (

koor

) Tuan, apakah Tuan yang dulu dipanggil Malin oleh penduduk

Telukbayur?

17. Maka segala orang, yang duduk di Sungai Duyung itu pun mendengar kabar raja di

Bintan itu terlalu baik budi pekertinya dengan tegur sapanya akan segala rakyat.

Penggalan hikayat di atas dapat diceritakan kembali dengan kalimat ....

a. Makanya orang-orang duduk di tepi Sungai Duyung.

b. Penduduk Sungai Duyung mendengar kabar bahwa raja di Bintan itu baik budi.

c. Maka segala orang pun mendengar kabar raja di Bintan itu terlalu baik tegur sapanya

akan segala rakyat.

d. Makanya penduduk di Sungai Duyung itu pun mendengar bahwa kabar raja di Bintan

itu terlalu baik budi pekerti dan tegur sapanya.

e. Yang duduk di Sungai Duyung itu pun mendengar kabar raja di Bintan itu terlalu baik

budi pekertinya dengan tegur sapanya akan segala rakyat.

18. Alkisah maka tersebutlah perkataan Dewi Pertiwi beranak seorang laki-laki, terlalu

amat jahatnya budak itu. Syahdan setinggi tujuh hasta dan lebar dadanya tiga hasta

dan segala uri-uri dan tembuninya menjadi raksasa belaka.

Penggalan hikayat di atas dapat diceritakan kembali dengan kalimat ....

a. Dewi Pertiwi itu buruk rupa. Tinggi tujuh hasta, dadanya tiga hasta, tmbuni raksasa.

b. Ada seorang anak lelaki buruk rupa. Tingginya tujuh hasta, lebar dadanya tiga

hasta. Tembuninya menjadi raksasa.

c. Adalah seorang anak Dewi Pertiwi. Tingginya tujuh hasta, lebar dadanya tiga hasta.

Tembuninya berubah menjadi raksasa.

d. Dikisahkan oleh Dewi Pertiwi adalah seorang anak lelaki buruk rupa. Tingginya tujuh

hasta, lebar dadanya tiga hasta. Tembuninya berubah menjadi raksasa.

e. Dewi Pertiwi melahirkan seorang anak lelaki yang buruk rupa. Tingginya tujuh

hasta. Lebar dadanya tiga hasta. Tembuninya berubah menjadi raksasa.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

308

19. Kata

sahibul hikayat

, ada sebuah negeri di tanah Andelas Perlembang namanya,

Demang Lebar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu Raja Sulan; Muara

Tatang nama sungainya.

Kata

sahibul hikayat

pada penggalan hikayat di atas berarti ....

a. pada suatu waktu

d. yang empunya cerita

b. demikian kisahnya

e. pada zaman dahulu kala

c. beginilah ceritanya

20. Pikirannya makin tidak enak kalau mengingat soal itu. Ia memang sudah keberatan

ketika suaminya dipanggil orang dari kampung Sawah untuk mengobati Pak Murad.

Sebagai mantri kesehatan di sekitar itu memang tak ada- suaminya sering dimintai

pertolongannya. Namun ia tahu betul bahwa Pak Murad ialah ayah Murni. Ia tahu betul

baha Murni, yang sekarang menjanda karena suaminya meninggal dunia, dan suaminya

saling mencintai ketika masih bujang dan gadis, mereka tidak dapat melaksanakan

niat hatinya sebab Murni dipaksa kawin.

Konflik dalam cerpen di atas ialah ....

a. kegoncangan batin dalam keluarga

b. kebingungan istri menghadapi cobaan

c. kekacauan keluarga yang bahagia

d. kegelisahan menantikan kehadiran suami

e. kecemburuan terhadap suami yang dicintai.

21.

Wajahnya kasar-keras seperti tengkorak. Kulitnya liat seperti belulang, pipinya selalu

menonjol oleh susur tembakau yang ada dalam mulutnya, jalannya tegak seperti

seorang maharani yang angkuh. Di Rembang, di sekitar tahun tiga puluhan, ia lebih

terkenal daripada pendeta Osborn pada pertengahan tahun 1954 di Jakarta karena

prestasinya menyembuhkan orang-orang sakit secara gaib

(

Mbah Danu,

Nugroho

Notosusanto).

Karakter, watak, atau sifat pelaku pada penggalan teks di atas dapat diketahui dari ....

a. penjelasan pengarang

b. dialog pelaku-pelakunya

c. jalan pikirannya

d. lukisan fisiknya

e. reaksi pelaku lain

22. Tiba-tiba auto Sukartono masuk pekarangan, berhenti di dekat tangga. Nyonya Eni

tertegun, ketika Sukartono keluar, naik tangga, lalu kata Sukartono berolok-olok : “Ah,

sudah sembuh rupanya.”

Nyonya Eni mendapat akal, “Berkat obat tuan dokter.”

Sukartono tiada menjawab sindiran itu, katanya sambil memandangi Nyonya Eni dari

atas ke bawah

(Armijn Pane,

Belenggu

).

Menurut teks di atas Sukartono adalah ....

a. Pasangan hidup Nyonya Eni

b. Yang mengolok-olok Nyonya Eni

c. Dokter yang mengobati Nyonya Eni

d. Sopir yang bekerja pada Nyonya Eni

e. Pria yang seprofesi dengan Nyonya Eni

Pelatihan Ujian Akhir Semester 2

309

23. Kalau beberapa tahun yang lalu Tuan datang ke kota kelahiranku dengan menumpang

bis, Tuan akan berhenti di dekat pasar. Melangkahlah menyusuri jalan raya arah barat,

maka kira-kira sekilometer dari pasar akan sampailah Tuan di jalan kampungku. Pada

simpang kecil ke kanan, simpang yang kelima, membeloklah ke jalan sempit itu. Dan

di ujung jalan itu nanti akan Tuan temui sebuah surau tua. Di depannya ada kolam ikan,

yang airnya mengalir melalui empat buah pancuran mandi. Dan di pelataran kiri surau

itu akan Tuan temui seorang tua yang biasanya duduk di sana dengan segala tingkah

ketuaannya dan ketaatannya beribadat. (AA. Navis)

Latar penggalan cerita di atas adalah ....

a. dalam bus

d. dekat pasar

b. kota kecil

e. jalan kampung

c. kiri surau

24. Salah satu cerita yang disusun berdasarkan realita sosial adalah ....

a. Sri Rama pun bertemulah dengan seekor bangau lagi minum air. Sri Rama pun

bertanya kepada bangau itu katanya, “Hai bangau, adakah engkau melihat biniku

dilarikan orang?” Maka kata bangau itu, “Ya tuanku Sri Rama, hamba mencahari

makanan hamba dalam benua ini, maka hamba lihat bayang-bayang pada danau

itu. Nyatalah Maharaja Rawanan membawa perempuan seorang. Adapun kainnya

itu kain kesumba warna keemas-emasan. Tetapi perempuan mana itu hamba tiada

tahu.” (Hikayat Sri Rama)

b. Di atas sebuah bangku di tanah lapang Espelanade kelihatan duduk seorang muda,

kakinya yang sebelah diletakkannya pada yang sebelah. Bulan yang tersenyum

simpul itu dilihatnya tenang-tenang, tetapi pikirannya melayang jauh entah ke

mana. Syarif, demikian nama orang muda itu, termenung seorang diri memikirkan

hal-hal yang telah lama lalu (Hamka, “Penjual Es Lilin).

c. Adapun tatkala baginda dua suami isteri berjalan itu, bahwa isterinya itu telah hamil

delapan bulan. Kalakian maka genaplah bulannya itu. Maka pada ketika yang baik

dan hari yang baik maka tuan puteri pun hendaklah bersalan, maka katanya, “Aduh,

kakanda, lemahlah rasanya segala tulang sendi hamba ini, kalau-kalau genaplah

gerangan bulannya hamil hamba ini.” Hatta baginda pun berdebarlah hatinya

mendengar kata isterinya itu. Seraya disambutnya isterinya, maka katanya, “Allah

subhanahu wa ta’ala juga, yang amat menolong akan hambanya ini. ” Maka dengan

kodrat Allah subhanahu wa ta’ala seketika itu juga berputeralah tuan puteri itu

seorang laki-laki dengan mudahnya juga.

d. Alkisah maka diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini, adapun Khojah

Maimun selama ia beroleh dua ekor unggas itu, maka sehari-hari tiada khali emas

datang bertimbun-timbun seperti bukit. Maka akan Khojah Maimun itu sehari-hari

ia mendengarkan hikayat daripada kedua ekor burung itu, berbagai-bagai yang

ajaib-ajaib dihikayatkannya.

e. Hatta berapa lamanya ia bernazar itu, maka dengan takdir Allah hendak

memperlihatkan rahmat di atas hambanya, maka saudagar Khojah Mubarak pun

beranaklah seorang laki-laki terlalu baik parasnya. Maka Khojah Mubarak pun

terlalulah suka cita hatinya. Maka dinamakannya anaknya itu Khojah Maimun dan

dipeliharakannya dengan sepertinya.

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

310

25. Komponen naskah drama mencakup ....

a. judul, penulis, daftar pelaku, keterangan setting, keterangan laku, dialog

b. judul, penulis, daftar pemain, keterangan setting, keterangan laku, dialog

c. judul, riwayat penulis, daftar pelaku, keterangan setting, keterangan laku, dialog

d. judul, penulis, daftar pelaku, keterangan setting, keterangan laku, dialog, keterangan

tanggal pentas

e. judul, penulis, daftar pelaku, keterangan setting, keterangan laku, dialog, ringkasan

cerita

26. Secara ekstrem, alur drama terbagi atas tiga bagian, yaitu ....

a. prolog - dialog - epilog

b. pendahuluan - isi - penutup

c. sutardara - pemain - penonton

d. naskah - pementasan - pembahasan

e. perkenalan - pertikaian - penyelasaian

27. Perhatikan penggalan teks drama berikut!

Arifin C. Noer

Kapai-Kapai

Sandiwara 5 bagian

Para tokoh

ABU

PUTRI

IYEM

PANGERAN

EMAK

BEL

YANG KELAM

PASUKAN YANG KELAM

BULAN

KELOMPOK KAKEK

MAJIKAN

SERIBU BULAN YANG GOYANG-GOYANG

KAKEK

GELANDANGAN

JIN

TANJIDOR DLL.

Komponen drama yang terdapat pada penggalan di atas adalah ....

a. Judul, pengarang, panjang drama

b. Judul, pengarang, panjang drama, daftar pelaku

c. Judul, pengarang, panjang drama, daftar pelaku, keterangan latar

d. Judul, pengarang, panjang drama, daftar pelaku, keterangan latar, dialog

e. Judul, pengarang, panjang drama, daftar pelaku, keterangan latar, dialog, petunjuk

laku

28. Bukan beta bijak berperi,

pandai menggubah madahan syair.

Bukan beta budak negeri,

musti menurut undangan mair

1

.

Ditinjau dari ciri-ciri formal dan maknanya, puisi di atas dapat dimasukkan ke dalam

kelompok ....

a. syair

d. kuatren

b. mantra

e. soneta

c. pantun

Pelatihan Ujian Akhir Semester 2

311

29. Perhatikan penggalan naskah drama berikut!

Pelaku : Aleks, Irma, Dawud

Pentas menggambarkan sebuah ruangan kamar tamu. Ada beberapa meja dan kusi.

Ada sebuah pintu di sebelah kiri untuk keluar masuk. Di atas meja ada beberapa buku.

Saat itu sore hari kira-kira pukul 18.00. Lampu belum dinyalakan.

01. Alek

:

(

masuk menjatuhkan buku-bukunya di meja, dan duduk dengan kesal

)

Bing. Bing. (

berhenti

) Bing, Bing! (

berhenti

) Bong. Bong (

berhenti

)

Bong. Booooong. Huh. Bongkrek.

02.Irna

:

He, sudah lama?

Komponen drama yang terdapat pada penggalan di atas adalah ....

a.

dramatic personae

,

setting

, nomor, pelaku, dialog, dan

stage direction

b.

dramatic personae

, keterangan tentang

setting

, dialog, dan

stage direction

c.

dramatic personae

, keterangan tentang

setting

, nomor dialog, dialog, dan

stage

direction

d.

dramatic personae

, keterangan tentang

setting

, nomor dialog, pelaku, tanda titik

dua (:)

e.

dramatic personae

, keterangan tentang

setting

, nomor dialog, pelaku, tanda titik

dua (:), dialog, dan

stage direction

30. Perhatikan penggalan drama berikut!

Rama Bargawa : K

alian anak siapa?

Anak I

: Anak bapak.

Anak II

: Anak emak.

Anak III

: Anak orang.

Anak IV

: Paman anak siapa?

Rama Bargawa : Aku y

ang tanya.

Anak I

: Masa kita tidak boleh tanya.

Unsur drama yang dominan pada penggalan drama di atas adalah ....

a. plot

d. akting

b. latar

e. petunjuk laku

c. dialog

31. Apabila banyak berkata-kata,/Di situlah jalan masuk dusta.

Ditinjau dari ciri-cir formal dan maknanya, puisi yang sama bentuknya dengan puisi di

atas adalah ....

a. Di dasar air di dasar kolam/kucari jawab teka-teki alam

b. Sudah gaharu, cendana pula./Sudah tahu, bertanya pula.

c. Gendang gendut tali kecapi/kenyang perut senang di hati.

d. Apabila banyak berkata-kata,/di situlah jalan masuk dusta.

e. Selat Malaka ombaknya memecah/Pukul-memukul belah-membelah

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

312

32. tubuh biru

tatapan mata biru

lelaki tergulingdi jalan

lewat gardu Belanda dengan berani

berlindung malam

sendiri masuk kota

ingin ngubur ibunya.

Tema puisi di atas adalah ....

a. kesetiakawanan

d.

keindahan

b. cinta tanah air

e. k

epahlawanan

c. pendidikan

33. Kaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar, setia selalu

Kata

kandil

dalam penggalan di atas melambangkan ....

a. petunjuk ke jalan yang benar

b. satuan kuat cahaya

c. terang gelapnya ruang

d. redup terangnya cahaya

e. petunjuk kepada yang percaya

34. DAUN-DAUN MUDA

Tidak,

Kupetik kemudaanmu

Tapi kau hulur pucuk

Lembut

Yang menjalurkan

Urat air

Ke rongga

Yang dimaksud dengan “Daun-daun muda” dalam puisi di atas adalah ....

a. Daun tumbuhan yang masih muda

b. Para generasi muda

c. Para wanita tuna susila

d. Wanita-wanita cantik

e. Kekasih

35. Salah satu bentuk prosa baru adalah ....

a. fabel

d. cerpen

b. hikayat

e. dongeng

c. sejarah

Pelatihan Ujian Akhir Semester 2

313

36. Salah satu penggalan prosa lama adalah ....

a. Dari timur naiklah bulan dengan senyum simpulnya ke pertengahan langit. Laksana

seorang seri panggung suatu komidi yang besar mengucapkan selamat kepada

penonton. Di tepi langit beraraklah awan menyisihkanm diri.

b. Pagi itu Wage membeli selembar kertas folio bergaris dan sampul surat di toko Pak

RW.

“Wah, kemajuan! Mau kirim surat kepada siapa?” komentar Pak RW.

Wage tersipu. “Saya mau berikhtiar, Pak RW. Semoga berhasil.”

c. Sehabis makan malam aku ke salon. Aku tahu dia akan datang, dan pengetahuanku

ini membikinku semakin tak sabar menantikannya. Dan sewaktu dia mengajakku

naik ke tempatnya untuk mengambil buku lain, aku tahu seharusnya aku tidak

menyetujuinya. Tetapi aku naik ke kamarnya.

d. Saat berjalan turun dari podium menuju kursi yang disediakan untuk pejabat partai,

tamu, dan juru kampanye, dalam hati aku heran juga, mengapa aku tadi seberani

itu. Apakah yang berkata-kata dan berpidato dengan suara menggelegar itu saya?

Aku masih belum percaya. Aku tukang becak. Kenapa dapat selantang dan

seberani itu? Apakah aku, Sutrisno yang dulu?

e. Maka pada ketika yang yang baik saat yang sempurna, pada malam empat belas

hari bulan, maka bulan itu pun sedang terang tumerang, maka ketika itu isteri si

Miskin itu pun beranaklah seorang anak-laki-laki terlalu amat baik parasnya dan

elok rupanya. Maka dinamainya akan anaknya itu Marakarmah, artinya anak di

dalam kesukaran.

37. Berikut ini adalah manfaat kritik sastra,

kecuali

....

a. memberikan sumbangan bagi penulisan sejarah sastra

b. memberikan sumbangan bagi pengembangan teori sastra

c. memberikan penilaian sastra berdasarkan teori dan sejarahnya

d. memberikan masukan kepada penerbit agar meningkatkan mutu terbitan berikutnya.

e. memberikan informasi mengenai baik-buruk, bermutu-tidak, dan asli-tidaknya

karya sastra

38. Kritik sastra adalah ....

a. studi yang berurusan dengan pekerjaan merumuskan, menggolong-golongkan,

menganalisis, dan menilai baik-buruknya karya sastra.

b. tulisan, karangan, analisis, atau penafsiran mengenai sastra, seni, budaya, ilmu

pengetahuan, filsafat, dan sebagainya.

c. karya sastra yang ditulis dalam bentuk cakapan yang dirancang untuk dipertunjukkan

oleh sejumlah tokoh di atas panggung di depan publik.

d. aliran yang hendak menggambarkan segala sesuatu sebagaimana adanya tanpa

tedeng aling-aling dan tanpa mempertimbangkan tata susila.

e. cara pengarang mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kemauan dengan

menggunakan kata-kata

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

314

39. Buku ini merupakan kumpulan 67 kisah pendek yang mengungkap refleksi kehidupan

sosial politik Indonesia, tentang penyadaran makna nilai-nilai keutamaan budi, kearifan,

dan kebajikan dalam lingkaran kekuasaan yang banyak menyimpan konflik. Secara

keseluruhan buku ini banyak dinikmati pembaca karena banyak mengangkat hal yang

berkenaan dengan sosok masyarakat kecil yang dapat dilihat nyata dalam kehidupan

yang sesungguhnya. Dengan demikian kisah yang diungkapkan serasa hadir di

tengah-tengah pembaca, hidup dan dapat dirasakan.

Pernyataan yang merujuk pada keunggulan buku dalam kutipan resensi di atas ialah ....

a. peristiwa dalam cerita mengungkap refleksi kehidupan sosial politik Indonesia

b. cerita ini mengungkap penyadaran makna nilai-nilai kehidupan

c. penyajian cerita serasa hidup dan dapat dirasakan sebagai kehidupan nyata

d. pengarang mengungkap kunci-kunci analisis dalam filsafat dan ilmiah

e. buku tersebut mengungkap peran metodologi yang dipakai dalam bagian buku

40.

Sesungguhnyalah hanya kalau perempuan dikembalikan derajatnya sebagai manusia,

barulah keadaan bangsa kita dapat berubah. Jadi, perubahan keududukan perempuan

dalam masyarakat itu bukanlah semata-mata kepentingan perempuan. Kaum laki-laki

yang insaf akan kepentingan yang lebih dari kepentingan hatinya yang loba sendiri

tentu akan harus mengakui hal itu

(S.T. Alisjahbana,

Layar Terkembang

).

Dari penggalan di atas kita tahu bahwa pengarangnya adalah penganut aliran ....

a. mistisme

d. naturalisme

b. realisme

e. simbolisme

c. idealisme

Glosarium

315

abreviasi

: perpendekan bentuk sebagai pengganti bentuk yang lengkap, atau

bentuk singkatan tertulis sebagai pengganti kata atau frase

afiks

: imbuhan

afiksasi

: proses pemberian imbuhan

afrikat

: bunyi hambat, misal [c] pada kata cakap

agen

: pelaku perbuatan

akhiran

: sufiks; imbuhan pada akhir kata

akhiran

: sufiks; imbuhan yang ditempatkan pada akhir kata dasar

akronim

: k

ependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau

bagian lain yang ditulis atau dilafalkan sebagai kata yang wajar

akronimisasi

: pembuatan akronim

alomorf

: varian morfem

alveolar

: bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mendekatkan lidah pada

bagian di belakang gigi atas

ambigu

: be

rmakna ganda

artikel

: karya tulis lengkap dalam majalah atau surat kabar

artikulasi

: perubahan rongga mulut ketika mengucapkan bunyi bahasa

artikulator

: bagian alat ucap yang bergerak ketika mengucapkan bunyi bahasa

asimilasi

: per

ubahan konsonan yang berbeda menjadi sama karena berdekatan

awalan

: prefiks, im

buhan pada awal kata

awalan

: prefiks; im

buhan yang ditempatkan pada awal kata dasar

berdiskusi

: bertukar pikiran untuk memecahkan suatu masalah

bilabial

: bunyi yang dihasilkan dengan mengatupkan bibir

biografi

: r

iwayat hidup seseorang.

catatan kaki

: footnote, informasi singkat di kaki halaman mengenai pernyataan

yang ada pada halaman tempat cacatan kaki dibuat.

ceramah

: pidato mengenai sesuatu atau pengetahuan,

ceramah

: pidato yang membicarakan suatu hal, pengetahuan dan sebagainya

daftar pustaka

: kepustakaan, daftar buku yang digunakan sebagai referensi sebuah

tulisan

data

: keterangan yang benar dan nyata; data yang dapat dijadikan dasar

kajian (analisis atau kesimpulan).

debat

: pembahasan atau pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan

saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapatnya

deduktif

: bersi

fat deduksi

dengar pendapat

: pertem

uan yang diadakan untuk mendengarkan penjelasan atau

keterangan pejabat yang berwenang mengenai pelaksanaan kegiatan

yang ada dalam tugas dan kewenangannya

dental

: bunyi yang dihasilkan dengan menggunakan gigi atas sebagai

artikulatornya

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

316

deskripsi

: rincian, lukisan

diftong

: vokal rangkap, seperti [ai] pada kata [ramai], [au] pada kata

[harimau]

digraf

: dua huruf untuk melambangkan satu konsonan, mis. <ng, ny>

dikusi kelompok

: pertemuan ilmiah yang hanya diikuti beberapa orang peserta

disimilasi

: perub

ahan konsonan yang sama menjadi berbeda karena berdekatan

diskusi umum

: pertemuan ilmiah yang diikuti peserta dalam jumlah besar.

diskusi

: pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah

DM

: diterangkan menerangkan; pola kata majemuk yang terdiri atas dua

kata, kata pertama diterangkan oleh kata kedua

efektif

: manjur, mujarab; kalimat efektif dapat menyampaikan pesan

pembicara kepada pendengar setepat-tepatnya.

eksposisi

: paparan

fakta

: segala sesuatu yang sungguh-sungguh ada atau yang benar-benar

terjadi.

fonem

: sat

uan bunyi paling kecil yang menyebabkan perbedaan arti

frase benda

: frase nom

inal; frase yang berintikan kata benda

frase berkata depan

: frase preposisional,

frase yang dimulai kata depan

frase eksosentrik

: frase yang intinya tidak ada di dalam salah satu unsurnya; biasanya

diawali kata depan (preposisi)

frase endosentrik

: frase yang s

alah satu atau keduanya menjadi inti

frase idiomatik

: frase yang maknanya tidak relevan lagi dengan makna unsur-

unsurnya

frase kerja

: frase verbal; frase yang berintikan kata kerja

frase keterangan

: frase adverbial;

frase yang berfungsi sebagai keterangan

frase sifat

: frase ajektival, frase yang berintikan kata sifat

frase

: kelompok kata yang tidak bersifat predikatif

frikatif

: bergeseren bunyi, mis. [f] pada [fakir]

glotal

: bunyi bahasa yang dihasilkan dengan mempersempit ruang

dia natara pita suara, mis. [‘, h]

ibid

: ibidem, sama dengan di atas

ide pokok

: gagasan utama

idiom

: gabungan kata yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari makna

unsur-unsurnya

imbuhan

: afiks;

bentuk terikat yang ditambahkan pada kata dasar atau bentuk

dasar

impromptu

: serta merta, (pidato) tanpa persiapan sama sekali

induktif

: bersifat induksi

informasi

: keterangan mengenai keberadaan sesuatu

informasi

: keterangan untuk menambah wawasan atau pengetahuan orang

lain.

intensif

: dengan penuh kesungguhan

intonasi

: pola perubahan nada pembicara pada waktu mengucapkan kalimat

atau bagian-bagiannya

Glosarium

317

kalimat aktif

: kalimat verbal yang subjeknya berperan sebagai pelaku

kalimat inti

: kalimat tunggal, aktif, positif, deklaratif yang menurunkan kalimat-

kalimat lain dengan transformasi

kalimat langsung

: kalimat yang

memuat ujaran seseorang

kalimat majemuk

: kalimat yang memiliki dua klausa atau lebih

kalimat mayor

: kalimat yang memiliki unsur subjek dan predikat.

kalimat minor

: kalimat yang tidak memiliki unsur subjek dan predikat

kalimat nominal

: kalimat yang berpredikatkan nomina (kata benda), ajektiva (kata

sifat), atau adverbia (kata keterangan)

kalimat pasif

: kalimat verbal yang subjeknya berperan sebagai sasaran (pasien)

kalimat tidak langsung : kalimat yang tidak memuat ujaran seseorang

kalimat transformasi

: kalimat yang sudah mengalami perubahan dari struktur intinya

kalimat tunggal

: kalimat yang memiliki satu klausa

kalimat utama

: kalimat yang memuat gagasan utama

kalimat verbal

: kalimat yang berpredikat verba (kata kerja)

karya ilmiah

: tulisan yang memiliki nilai keilmuan

kata majemuk

:

gabungan kata yang begitu padu sehingga di antara unsur-unsurnya

tidak dapat disisipkan kata lain; tetapi maknanya masih dapat

ditelusuri dari makna unsur-unsurnya.

kata ulang

: kata y

ang dibentuk dengan cara (1) mengulang bentuk dasar secara

utuh (anak-anak, baik-baik, duduk-duduk), (2) mengulang sebagian

bentuk dasarnya (beberapa, berkejar-kejaran, baca-membaca),

(3) mengulang bentuk dasar disertai afiksasi (anak-anakan, mobil-

mobilan, sebaik-baiknya), dan (4) mengulang bentuk dasar disertai

perubahan (variasi) fonem (corat-coret, dibolak-balik, warna-warni).

perulangan umumnya tidak mengubah makna dasar, tetapi memberi

tambahan makna

kecepatan baca

: jumlah kata yang dapat

dibaca dalam tempo satu menit.

kesejajaran

:

dalam kalimat efektif kesejajaran tampak dari pemakaian struktur

yang sama yang disusun secara urut.

kesepadanan

: keseras

ian antara jalan pikiran dengan struktur bahasa yang

digunakan

khotbah

: pidato yang berisi ajaran agama

klausa

: kelompok kata yang sekurang-kurangnya berunsurkan subjek dan

predikat dan potensial menjadi kalimat

koheren

: keter

paduan isi kalimat satu dan kalimat lain dalam paragraf

komentar

: ulasan atau tanggapan atas berita, pidato, dan sebagainya.

konfiks

: imbuhan yang ditempatkan secara serentak pada awal dan akhir

kata dasar, memiliki satu fungsi dan satu arti

kongres

: pertem

uan wakil (politik, sosial, profesi) untuk mendiskusikan dan

mengambil keputusan mengenai suatu masalah

konsonan

: bunyi bahasa yang dihasilkan dengan menghambat arus udara yang

keluar dari paru-paru

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

318

labiodental

: bunyi yang dihasilkan dengan mengatupkan gigi bawah dengan bibir

atas

lafal

: cara mengucapkan bunyi bahasa

lateral

: bunyi yang terjadi dengan menggunakan lidah untuk menghambat

udara dari paru-paru, misal [l]

loc. cit.

: loco citato, pada tempat yang telah dikutip

MD

: menerangkan diterangkan; pola kata majemuk yang terdiri atas

dua kata; kata pertama memberi keterangan pada kata kedua

membaca cepat

: membaca

dengan kecepatan tinggi sekaligus memahami isi

bacaannya.

membaca ekstensif

: tipe membaca dengan mengambil beberapa bacaan yang memiliki

kesamaan topik

membaca kritis

: membaca dengan melakukan analisis untuk menemukan kesalahan

atau kekeliruan

merangkum

: mempers

ingkat beberapa uraian panjang ke dalam satu uraian

metatesis

: pertukaran letak fonem

metode analisis

: metode pemaparan dengan mengurai bagian-bagian dari sebuah

keutuhan.

metode definisi

: met

ode pemaparan dengan menyajikan batasan atau konsep; dalam

definisi selalu terdapat yang didefinisikan (

definiendum

), dan yang

mendefinisikan (

definiens

).

metode identifikasi

:

dalam eksposisi digunakan untuk menunjukkan ciri atau unsur suatu

objek

metode ilustrasi

: metode pemaparan dengan menjelaskan sesuatu secara khusus

atau konkret

metode klasifikasi

: metode pemaparan dengan menyajikan objek menjadi kelompok-

kelompok secara rasional berdasarkan sistem tertentu.

metode perbandingan : met

ode pemaparan dengan menunjukkan persamaan atau

perbedaan dua tiga objek

monograf

: satu huruf m

elambangkan satu konsonan

morfem bebas

: morfem yang dapat berdiri sendiri dalam wacana

morfem terikat

: morfem yang selalu melekat pada morfem lain

morfem

: satuan bahasa terkecil yang maknanya relatif stabil

morfofonemik

: 1 morfof

onologi, 1 telaah tentang perubahan fonem akibat pertemuan

morfem dengan morfem lain; 2 perubahan fonem akibat pertemuan

morfem dengan morfem lain

morfologi

: ilmu

bahasa yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya

narasi

: karangan yang berisi kisah atau cerita

narasi

: wacana yang berisi kisah

narasumber

: informan, yang memberi informasi, atau yang diwawancarai

nasal

: bunyi yang dihasilkan dengan mengalirkan udara melalui rongga

hidung, misal [m, n, h]

notasi

: tanda atau lambang yang menyatakan bahwa bagian yang diberi

tanda itu berasal dari tulisan lain.

Glosarium

319

notula

: catatan singkat mengenai jalannya persidangan (rapat) serta hal-

hal yang dibicarakan dan diputuskan

op. cit.

: opere citato, dalam karya yang telah dikutip

opini

: p

endapat, penilaian, kesimpulan, anggapan mengenai sesuatu

palatal

:

bunyi yang dihasilkan dengan mendekatkan/menempelkan lidah

pada langit-langit keras, misal [c, j]

panel

: sek

elompok pembicara yang dipilih untuk berbicara dan menjawab

pertanyaan di depan hadirin

panelis

: peserta diskusi

panel

paragraf

: alinea; bagian bab dalam suatu karangan yang biasanya

mengandung satu ide pokok, penulisannya dimulai dengan garis

baru

pasien

: sasaran perbuatan

pendapat

:

opini; pendapat, pikiran pendirian, anggapan, kesimpulan, atau

penilaian mengenai sesuatu

penelitian

: kegiatan m

engumpulkan, mengolah, menganalisis, menyajikan data

secara sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan

atau menguji suatu hipotesis

pewawancara

: y

ang mewawancarai narasumber

pidato

: berbicara di

depan publik

pratibukti

:

counterargument

, penyampaian bukti untuk menunjukkan bahwa

argumentasi lawan mengandung kesalahan

rangkuman

: ikhtisar atau r

ingkasan dari uraian panjang

reduplikasi

: pembentuk

an kata baru dengan mengulang bentuk dasar

ringkasan

: s

ingkatan, ikhtisar

sambutan

: pidato

sanggahan

:

bantahan, penolakan

semivokal

: bunyi bahasa yang mempunyai ciri vokal dan konsonan, misal

[r, y, w]

simposium

: pertemuan untuk membahas prasaran-prasaran mengenai suatu

pokok masalah

sisipan

: infiks; imbuhan

yang ditempatkan di antara bunyi pertama dan

kedua kata dasar

suku kata

: ujaran yang terjadi dalam satu hembusan napas; suku kata ditandai

oleh sebuah vokal

velar

:

bunyi yang terjadi dengan mendekatkan lidah pada langit-langit

lunak, misal [k]

vokal

: bunyi yang dihasilkan dengan membebaskan udara keluar dari paru-

paru, misal [a, i, o, u, e]

wawancara

: tanya

jawab

Daftar Pustaka

320

Daftar Pustaka

Alwi, Hasan, dkk. 2000.

Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia

. Jakarta: Balai Pustaka.

Aqib, Zainal. 2006.

Karya Tulis Ilmiah

. Bandung: Irama Widya.

Caraka, Cipta Loka. 2002.

Teknik Mengarang

. Yogyakarta: Kanisius

Damshauser, Berlolt dan Agus R. Sarjono ( ed ). 2004.

Berlolt Breeht: Zaman Buruk Bagi Puisi

.

Jakarta: Horison.

Djuharie, O. Setiawan, Suherli, 2002.

Panduan Membuat Karya Tulis.

Bandung: Irama Widya.

Endarmoko, Eko. 2006.

Tesaurus Bahasa Indonesia

. Jakarta: Gramedia.

Eneste, Pamusuk ( ed ). 2001.

Buku Pintar Sastra Indonesia

. Jakarta: Kompas.

Keraf, Gorys. 2001.

Komposisi

. Flores: Nusa Indah.

Kustiawan, Nanang. 2003.

Membuat Surat Dinas/Resmi

. Surabaya: Pustaka Media.

Marahimin, Ismail. 2004.

Menulis secara Populer

. Jakarta: Pustaka Jaya.

Mulyana. 2005.

Kajian Wacana

. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Muslimin, Totok Djuroto. 2002.

Teknik Mencari dan Menulis Berita

. Semarang: Dahara Price.

Pane, Sanusi. 2000.

Bunga Rampai dari Hikayat Lama

. Jakarta: Balai Pustaka.

Pusat Bahasa. 2003.

Buku Praktis Bahasa Indonesia I

. Jakarta: Depdiknas.

__________ 2004.

Buku Praktis Bahasa Indonesia II.

Jakarta: Depdiknas.

Pedoman Pembinaan Pengembangan Bahasa. 2004.

Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan dari Pedoman Umum Pembentukan

Istilah

. Bandung: Irama Widya.

Rampung , Bonne. 2005.

Fenomena Berbahasa

. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.

Sayuti, Suminto A. 2002.

Berkenalan dengan Puisi.

Yogyakarta: Gama Media.

Siswanto, Wahyudi. 2005.

Budi Darma: Karya dan Dunianya

. Jakarta: Grasindo.

Sitorus, Ronald H. 1993.

Kamus 2500 Peribahasa Indonesia

. Bandung: Pionir Jaya.

Soedarso. 2004.

Speed Reading

:

Sistem Membaca Cepat dan Efektif

. Jakarta: Gramedia.

Soetarno. 2003.

Peristiwa Sastra Melayu Lama

. Surakarta: Widya Duta.

Waluyo, J. Herman. 2002.

Drama: Teori dan Pengajarannya

. Yogyakarta: Hanindita.

________________ .2005.

Apresiasi Puisi: Panduan untuk Pelajaran dan Mahasiswa

. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Widyamartaya. 1990.

Seni Menggayakan Kalimat

. Yogyakarta: Kanisius.

Widyamartaya, A dan V. Sudiati. 2004.

Kiat Menulis Esai Ulasan

. Jakarta: Grasindo.

Indeks Subjek

321

abreviasi 20

acting 186, 192

adegan 223, 245

afiks 18

afiksasi 18

akhiran 18, 104

akronim 20

akroniminasi 20

akting 206, 214, 224

alat ucap 8

alfabetis 137

alur 167, 169, 172, 190, 211, 224

amanat 170, 183, 190, 223, 224, 269

ambigu 26

analisis 67

morfologis 103

analitik 171, 182

anonym 192, 273

antagonis 252, 254

argument 132

argumentasi 6, 141

arti konfiks 127

articulator 8

artikel 28, 40, 90, 91, 134

artikulasi 8

asimilasi 21

awalan 18, 104

babak 212, 223, 245, 252

balada 201, 273

bentuk dasar 19

berita 120

biografi 65

blocking 206, 214

budaya 198

bunyi bahasa 12

catatan kaki 148

ceramah 38, 98

cerita 260

jenaka 285

cerita lucu 282

cerpen 167, 169, 182, 178, 180, 240, 180,

190, 192, 198, 240, 242, 210, 245,

254, 264, 222, 250, 252, 254, 260

daftar pustaka 126, 149, 152

dagelan 172

data 128, 152, 140, 144

debat 141, 145

decorator 239

definisi 67

deklamasi 196, 203

deklamator 196

deklamatris 196

dengar pendapat

deskripsi 6, 12, 16, 22

dialog 121, 169, 206, 211, 213, 214, 224, 252,

269, 275

diftong 7

diksi 200

dinetron 166

disimilasi 21

diskusi 86, 94, 98, 99, 104, 109, 110, 116,

121, 112, 273

kelompok 104

panel 102

distikon 201

dongeng 281, 282

drama 166, 176, 172, 182, 186, 192, 203, 206,

238, 239, 258, 264, 275, 210, 212, 213,

224, 230, 239, 245, 248, 254, 264, 286,

285

Indeks

A

B

D

C

Subjek

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

322

dramatic 171, 182

person 252, 275

personal 210

dulce et utite 169

duplikasi 18

efektif 34, 38

ejaan 12

eksposisi 6, 54, 67

ekspresionistis 273

ekstensif 116, 146, 152

elegi 201, 273

enjambemen 196

esai 15

fable 282, 285

fakta 128, 132, 140, 144, 152

flash back 171

fonem 7, 17

serapan 7

fragmen 172

frase 10, 27, 150, 20

adjektival 32, 34

adverbial 32, 34

benda 32

berkata depan 32

biasa 33

eksosentrik 32, 34

endosentrik 32, 34

idiomatic 33, 34

kerja 32

keterangan 32

nominal 32, 34

preposisional 32, 34

sifat 32

verbal 32, 34

fungsi 32

gagasan utama 11

gaya aku- an 170, 181, 190

bahasa 275

dia- an 170, 181, 190

gazat 263, 273

genre 201, 265

grafem 7

grup 239

gurindam 201, 265, 273

hikayat 188, 192, 240, 224, 250, 254, 260,

264, 270, 275, 279

himne 201

huruf 12

hymne 273

ibid 148, 152

ide pokok 26, 34

identifikasi 67

idiom 150, 20

ikhtisar 129, 29, 34

ilustrasi 67

imbuhan 18

impromptu 10, 11

indeks 126

induktif 4

infiks 18

informasi 108, 120, 128, 132, 137, 140, 152

inkonvensional 273

intensif 123, 59, 65

inti 32

intonasi 10

intrinsic 241

irama 200

istana sentris 188

jeda 10, 196

jenis klausa 45

E

H

G

F

I

J

Indeks Subjek

323

kalimat 10, 150, 31, 56, 55

aktif 69, 71

efektif 26, 38

inti 70, 72

langsung 70, 72

majemuk 45, 47, 56, 59, 69

mayor 45, 47, 56, 59, 69

minor 45, 47, 56, 59, 69

nominal 58, 59

pasif 69, 72

penjelas 4

tak langsung 70, 72

topik 4

transformasi 70, 72

tunggal 45, 56, 59, 69

utama 4

verbal 58, 59

karakter 218, 224

karmina 201, 265

karya ilmiah 125, ilmiah 137

karya tulis 129

kata 9, 10, 27

benda (nominal) 44, 47, 69

berkonfiks 115

bersisipan 102

dasar 18

kerja (verbal) 44, 47, 69

keterangan (adverbia) 44, 47

majemuk 150, 152

sifat (adjektiva) 44

tugas 44

ulang 139, 141

ulang 150

ulang 19

ulang berimbuhan 19

ulang sebagian 19

ulang utuh 19

kategori 32, 44

kerangka

125, 54

cerita 3

kesejajaran dalam kalimat 38

kesepadanan 34

keterangan 31, 34, 56

ketoprak 172

khatib 26

K

khotbah 121, 26, 34

klasifikasi 67

klausa 10, 150, 44, 47

klimaks 67

koheren 4

komentar 122

konfiks 115, 129, 127, 18, 104

konflik 31, 222, 224

kongres 98

konsonan 7, 8, 9, 12

kramagung 214

kronologis 177

kru 206, 245, 254

kuantren 273

kuatren 201

kuin 201, 273

kut’ah 263, 273

kutipan 137, 138

kutipan langsung 138

lafal 10

baku 10

lakon 245, 248, 264

lampiran 126

laporan 56

latar 167, 182, 178, 181

latar 43, 218, 224, 260, 223, 224, 254, 270

legenda 282, 285

loe. Eit 148, 152

logis 30, 39

makna 10

mantra 201, 265, 273

masnui 263, 273

mbeling 173

membaca 100, 104

ekstensif 111

menyunting 180

merangkum 29, 108

meringkas 29, 95

metatesis 21

metode analisis 68, 72

eksposisi 68

M

L

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

324

identifikasi 68, 72

ilustrasi 68, 72

klarifikasi 68, 72

perbandingan 68, 72

mite 282, 285

moderator 86, 99

moral 198

morfem 17

bebas 18

terikat 18

morfofonemik 21

morfologis 18, 102, 115

muktamar 98

musisi 239

musyawarah 98

narasi 6, 30, 34, 43, 47

ekspositiris 31

sugestif 31

naratif 30

nilai

budaya 169, 172

moral 169, 172

religi 198

religius 169, 172

social 169, 172

non morfologis 18

notula 113, 117

notulen 113

novel 178, 182, 270, 279, 285

objek 6, 31, 34, 44, 87

ode 201, 273

op. eit 148, 152

opini 132

panel 98, 104

panelis 102

panggung 223, 265

pantun 201 265, 273

parafrase 137

paragraph 11

paragraph 4

pelaku 178, 211

pelengkap 34

pelipur lara 285

peluluhan fonem 21

pemain 238, 245, 254

pemenggalan kata 10

pementasan 238, 239, 245, 258, 264

pendapat 51, 120, 132

pendekatan impresionistis 16

realistis 16

pengalaman 3, 14, 22, 50

pengarang 260

penggantian morfem 21

penghilangan bunyi 21

penokohan 181

penonton 238

perbandingan 67

perbuatan 43

peristiwa 178

persuasif 145

pidato 14, 22, 56

pikiran penjelas 4

plot 170, 186, 190

poetry reading 196

point of view 170, 181, 190

pola

alamiah 68

khusus-umum 4, 68

klausa 44

klimaks 68

pratibakti 145

predikat 26, 34, 44, 56

prefiks 18

preposisi 32

produsen 245, 254

produser 238

prolog 269, 275

property 206, 214, 224

prosa 253, 265, 275

naratif 177, 187

proses morfofonemik 21

morfologis 17

protagonis 252, 254

puisi 196, 275

inkonvensional 203

konvensional 203

terikat 203

N

O

P

Indeks Subjek

325

R

S

rangkuman 41, 129

rapat 98

realistik 273

realita social 242

regresif 171

resensi 265, 268, 274, 278

ringkasan 90, 129, 137

romantik 273

rubaiyat 263, 273

sage 282, 285

sajak 200

sambutan 2, 11, 121

sandiwara 166, 172

sanggahan 122, 145

sastra lama 208, 290

satire 201, 273

sejarah 282

melayu 282

sektet 273

seminar 109, 110, 112, 122

septima 201

setting 170, 186, 190, 180, 190, 192, 198,

240, 242, 181, 211, 240, 252

setting

210, 211, 214

simposium 98

sinetron 172

sinopsis 208, 268

sisipan 18, 104

social 198

sonata 201

septima 273

stage direction

211

stage direction 252, 269, 275

stansa 201, 273

subjek 26, 34, 44, 56, 69

sudut pandang

170, 183, 240

pengarang 181

sufiks 18

T

U

V

suku kata 9, 10

terbuka 9

tertutup 9

sutradara 206, 218, 245

syavi 164, 165

talibun 265

tanggapan 50, 110, 112, 122

teks 56

tema 170,190, 181, 183, 223, 224, 254, 269

tempat 43

terzina 273

tipografi 273

tokoh 167, 181, 260, 270

topik 3, 54, 125, 138, 28, 181, 269

topografi 200

trigonis 252, 254

ujaran 214

umum-khusus 67

unsure 47

variatif 34, 39

vokal 7, 8, 12

belakang 8

bundar 8

depan 8

fungsi 8

rendah 8

sedang 8

tak bundar 8

tengah 8

rangkap 7

waktu 43

watak 222

wawancang 214

wawancara 50, 51, 59, 64, 65, 121

wayang 172

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia SMA/MA Kelas XI (Program Bahasa)

326

akhadiah 26

alur 56

keraf 67, 122, 144, 145

nasution 10

parera 26

A

K

P

N

Pengarang

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra Indonesia

merupakan

buku pelajaran bagi siswa-siswi SMA/MA yang terdiri atas lima jilid.

Buku ini menuntun kita untuk dapat berbahasa dan bersastra

Indonesia yang baik dan benar. Cakupan materi dalam buku ini

dikemas secara menarik dengan harapan agar mudah dipahami.

Berbagai aspek dalam buku ini meliputi ulasan materi serta uji

kompetensi dan tugas.

Karakteristik seri buku

Piawai Berbahasa Cakap Bersastra

Indonesia

adalah sebagai berikut.

Tujuan Pembelajaran

merupakan tujuan yang akan dicapai

siswa dalam mempelajari setiap bab.

Ulasan Materi

disampaikan secara lugas dan mudah dipahami

oleh siswa.

Ilustrasi

yang menunjang penyampaian materi.

Tugas

berfungsi sebagai ajang latihan bagi siswa untuk lebih

memahami konsep yang ada.

Rangkuman

berisi ringkasan materi yang telah diulas setiap bab.

Refleksi

memuat simpulan sikap dan perilaku yang harus

diteladani.

Evaluasi

,

Pelatihan Ulangan Akhir Semester 1

, dan

Pelatihan

Ulangan Akhir Semester 2

untuk menguji siswa tentang

pemahaman terhadap materi yang diberikan.

Glosarium

memuat istilah-istilah penting dalam teks disertai

penjelasan arti istilah tersebut.

Indeks

merupakan daftar kata-kata penting yang diikuti dengan

nomor halaman kemunculan.

untuk SMA/MA Kelas XI

PUSAT PERBUKUAN

Departemen Pendidikan Nasional

ISBN :

978-979-068-906-0

(No. jil lengkap)

ISBN :

978-979-068-908-4

Harga Eceran Tertinggi: Rp

16.885

,-